Ikonografi menurut Erwin Panofsky
Lukisan “a roses for a hero” karya heri dono dengan penerapan teori erwin panofsky
Lahir di Jakarta, 12 Juni 1960
Heri Dono adalah seniman kontemporer terkemuka yang berbasis di Yogyakarta, dan orang Indonesia pertama yang masuk ke kancah seni global pada awal 1990-an. Ia merupakan salah satu generasi seniman Indonesia yang memulai karirnya di tahun 1980-an. Sejak awal karirnya, ia telah berkeliling dunia untuk memamerkan dan menanggapi undangan workshop dari berbagai negara.
Dalam beberapa lukisan karyanya kali ini saya saya akan mengaitkan dengan teori dari Erwin panofsky. Seorang ahli sejarah seni yang berkontribusi ke dalam bidang studi ikonografi, ikonografi adalah sebuah cabang sejarah seni yang dimana mempelajari suatu identifikasi, deskripsi dan interpretasi sebuah isi gambar, tujuan dari ikonografi itu sendiri yaitu pengurai mengidentifikasi si dan menggolongkan serta menjelaskan objek-objek visual dalam kaitannya dengan Sebuah upaya memahami makna-makna dalam studi religi yang tidak jarang menggunakan ungkapan hukuman yang bersifat simbolik.
Contoh penerapan ikonografi menurut Erwin Panofsky, dalam karya seni heri dono
Lukisan "a rose for a hero" Karya heri dono
Pra-ikonografi
Pada lukisan berjudul “a roses for a hero” karya Heri Dono tahun 2012 ini menampilkan sebuah lukisan dengan sosok figur wayang yang memiliki unsur ekspresionis berdominasi warna biru dan coklat dan tampak pada latar background berwarna putih pada lukisan yang berukuran 140 x 70 cm ini yang menggunakan media akrilik di Sebuah kanvas menggunakan sebuah gaya dekoratif dengan teknik sapuan yang ekspresif. Lalu tekstur yang dihadirkan dalam lukisan ini merupakan sebuah tekstur semu yang tercipta dari teknik yang digunakan dengan menggunakan sebuah sapuan kuas yang ekspresif yang bila dilihat memiliki sebuah kesan kasar dan spontan tekstur hias terdapat pada titik kuning merah dan garis putih. Kemudian dengan komposisi yang terdapat pada Lukisan merupakan komunitas yang memancar terlihat pada penataan objek karya ini antara sosok wayang kiri sosok wayang yang berada di tengah dan juga sesosok wayang berada di kanan dibuat dengan menggambarkan subjek memancar di seluruh bidang kanvas dengan proporsi yang sama susunan unsur visual memberikan kesan visual yang menarik konsep yang dihadirkan terkesan imajinatif dan dalam karya lukis ini juga menghadirkan sebuah bentuk yang menarik yang bila disusun sedemikian rupa sehingga membentuk karya lukis yang terkesan ganjil konsep parodi karya lukis ini memiliki visual yang terkesan naif. Objek yang dihadirkan bergaya figuratif. Lalu dalam dominasi yang digunakan yaitu dominasi pengelompokan yang terbagi menjadi 3 bagian yang berada di kiri dan kanan dan di tengah dapat diketahui dari sosok wayang yang digambarkan bukan kecil dengan membawa Setangkai Mawar serta relevansi ada judul karya tersebut yang merupakan pusat perhatian warna merah pada mawar di artikan sebagai cinta, gairah, dan berani.
Ikonografi
Bila kita lihat dalam lukisan ini memiliki sebuah tema dimana tiap karakter menggunakan alat-alat genital, atribut-atribut militer, serta tokoh-tokoh superhero, dan juga ada benda-benda tradisi, dan barang-barang keseharian yang digambarkan secara mengambang dan terkesan penuh. Penggabungan dari keseluruhan bentuk ini memiliki makna dalam penggambaran yaitu setiap bentuk memiliki roh supranatural yang memiliki peranan untuk tersebut diinterpretasikan sebagai suatu kekuatan supranatural salah pada alat genital dan benda tradisi.
Sebuah bentuk yang memberikan informasi atau pesan tersendiri yang bisa dapat dijadikan sebagai sebuah pesan atau tanda yang di buat oleh seniman Heri Dono adalah bentuk muka-muka yang terkesan lebih menonjol seperti pada bagian mata mulut dsbnya.
Interpretasi ikonologis
Raut wajah yg memberikan interpretasi suatu alat komunikasi yang berhubungan dengan pengetahuan untuk melihat dan mengontrol sesuatu yang dilihat, diraba dan juga didengar sehingga muka atau wajah menjadi hal yang paling mempengaruhi otak. Dan terlepas darinhal itu karya Heri Dono ini tidak jauh dari sebuah isu politik yang berkembang pada saat karya tersebut dibuat.
Komentar
Posting Komentar